Sejalan dengan trendsetter dunia yang menuju penggunaan teknologi yang efisien BBM dan ramah lingkungan, menjadikan produsen pembuat mobil untuk memikirkan alternative baru. Toyota kemudian memunculkan tehnologi hibrida bertujuan untuk mengendalikan laju penggunaan bahan bakar minyak yang menghasilkan gas CO2.
Sebagaimana kita tahu gas Co2 hasil pembakaran kendaraan bermotor memberikan kontribusi 20% dari total gas buangan pemakai energi fosil. Kondisi ini memberikan pengaruh terhadap kerusakan lingkungan. Teknologi mobil hibrida ini sangat diharapkan karena memiliki efek berkurangnya emisi Co2 ke lingkungan.
Teknologi hibrida membantu mengurangi konsumsi bahan bakar, dan sekaligus menjadikan perusahaan pembuat mobil dapat memenuhi ambang batas emisi karbon-dioksida (Co2) yang dipersyaratkan. Dan, teknologi tersebut dapat diterapkan di seluruh penjuru dunia. Sebut saja nama-nama produsen mobil seperti; General Motor, BWM dan Daymler-Crisler , VW, Porche, Ford Toyota, Nissan, Mitshubishi dan Honda sudah memproduksi mobil berteknologi hibrida ini.
Bagaimana cara kerja mobil hibrida dibandingkan dengan mobil berbahan bakar bensin biasa? Perbedaannya adalah disaat mobil hibrida dalam posisi berhenti, maka mesin akan mati secara otomatis sehingga konsumsi bahan bakar nol. Sedangkan ketika mobil mulai bergerak dan masuk proses akselerasi maka mesin beroperasi dalam mode low-speed valve timing, dengan dukungan motor listrik. Pada saat akselerasi ringan dan kecepatan tinggi, tenaga dihasilkan oleh mesin. Pada saat deselerasi, keempat katup mesin tertutup dan pembakaran bahan bakar dihentikan.
Motor listrik akan secara otomatis menyerap tenaga maksimum yang dilepaskan saat proses deselerasi dan tersimpan dalam baterai. Jadi, konsumsi bahan bakar yang hemat itu diperoleh berkat bantuan dari mesin listrik, termasuk matinya mesin dalam keadaan berhenti dan berfungsinya mesin listrik saat mobil melanjutkan perjalanannya kembali. Mesin listrik juga digunakan untuk menahan atau mengurangi kecepatan (deselerasi), dan pada saat itulah mesin listrik tersebut berfungsi sebagai generator yang mengisi listrik ke dalam baterai.
Dengan teknologi hibrida Honda mengklaim mesin Civic nya bisa menghasilkan performa maksimal yang setara dengan kekuatan mesin 1.8 liter sekaligus efisiensi bahan bakar hingga mencapai 31 km/liter. Sementara Toyota yang lebih dahulu menggunakan teknologi hibrida mengeluarkan Toyota Prius yang efektif digunakan didalam kota dimana banyak rambu lalu lintas yang akan menyebabkan frekuensi penggunaan rem dan aksel tinggi, maka sistem hibrida pada Toyota Prius akan sangat efisien dalam mengkonsumsi BBM tercatat paling irit, yaitu sekitar 38 km/liter.
Kapan mobil berteknologi hybrid masuk ke Indonesia? Mungkin ini menjadi pertanyaan yang ditunggu-tunggu. Ada beberapa alasan yang menyebabkan mobil hibrida ini belum dipasarkan di Indonesia yang pertama adalah masalah penggunaan bahan bakar di Indonesia.
Tehnologi ini membutuhkan bahan bakar dengan kualitas euro 4 sedangkan bahan bakar di Indonesia berkualitas euro 2. alasan kedua adalah skill mekanik di Indonesia banyak yang belum memahami teknologi ini sehingga akan berpengaruh pada servis purnajualnya nanti. Dan alasan ketiga yang paling penting adalah masih tingginya harga mobil hibrida.
Diperkirakan Civic Hybrid ini akan dibandrol sekitar Rp.400 juta-an atau lebih mahal sekitar Rp. 100 juta dari Civic versi mesin bahan bakar biasa. Begitu juga dengan Toyota Prius yang diperkirakan mencapai harga Rp. 450 juta.
Dari berbagai sumber.
0 komentar:
Posting Komentar